"Gw suka sama lo, mau pacaran sama gw gak?"
"Mau.. tapi lo jauh....."
Sering sekali saya ditanya mengenai hubungan penuh kesabaran ini. Long Distance Relationship yang disingkat LDR, adalah hubungan istimewa berlandaskan kekuatan iman dan ketakwaan serta kepercayaan akan keajaiban untuk bersatu selama-lamanya di atas nama cinta dan kebahagiaan. Hahaha keren ga tuh kelebayan saya :p
Tuh, baru mendefinisikan saja saya sudah merinding. Tidak pernah terbayangkan oleh saya suatu hubungan nyata yang terbangun pada komunikasi lewat dunia maya tersebut. Mungkin itulah yang membuat saya gagal dalam membina tali kasih dengan lawan jenis yang berada ribual mill di belahan dunia sana.
Saya pernah mencoba pendekatan jarak jauh selama 9 bulan dengan teman yang sebenarnya sudah lama saya kenal selagi ia masih berada di Indonesia. Dia merupakan pria idaman saya. Selama 9 bulan itu, dia meyakinkan saya bahwa dia tidak seperti apa yang saya pikirkan tentang pria-pria yang hidup di negara barat. Dan memang benar, selama itu dia tidak menunjukkan perilaku-perilaku yang membuat saya ingin mengirim bom atom ke rumahnya. Ehehehe.
Namun ternyata, semua itu belum cukup menguatkan saya untuk setuju menjalani hubungan serius berbeda benua. Dan setelah saya telaah, permasalahan sesungguhnya memang terletak pada diri saya. Ketakutan-ketakutan yang bergemuruh di kepala saya akhirnya membuat saya kehilangan pria idaman saya tersebut.
Sebenarnya, kenapa ya saya tidak bisa LDR? Berikut alasan-alasan konyol tapi sungguhan yang saya rangkai dari memori-memori masa lalu (cieeehh...)
- Saya tidak romantis, namun sangat kritis. Yaa.. Bahasa inggrisnya itu curigation. Hehehe. Bayangkan jika saya hidup dalam LDR, mungkin saya sudah botak karena otak saya mendidih akibat kecurigaan yang berlebihan terhadap pasangan saya. Hahaha.
- Saya menyukai kontak fisik. (Eits, jangan bepikir macam-macam dulu, ehehehe) Saya senang memegang rambut pasangan saya, bergandengan tangan, memeluk, mencubit dan menuangkan segala kejailan saya. Ehehehe. Nah kalo saya LDR, ga mungkin kan saya cubit2 monitor laptop??
- Saya percaya bahwa cinta butuh pengorbanan. Tapi kalo harus begadang demi ngobrol bersama sang kekasih setiap hari? Kesehatan saya pun terbengkalai. Saya juga hrs siap-siap mendengarkan nyanyian surgawi mama saya akibat tagihan internet yang membludak akibat kisah cinta saya.
- Saya tidak cukup kaya untuk menelepon pacar saya yang berada di ujung dunia sana, kapanpun dan dimanapun saya mau. Saya juga tidak mau menjadi benalu yang mengandalkan pacar untuk menelepon saya.
- Alasan terakhir ini bisa jadi merupakan senjata mutakhir, yakni TAKUT. Saya takut kalau setelah saya mati-matian mempertahankan LDR ini, ternyata saya dikhianati. Pasti sakitnya ribuan kali lipat. Saya takut kalau saya menjadi sangat ingin mengunjungi atau bahkan tinggal dekat dengan pacar saya di negara antah berantah itu. Huhuhuhu saya kan ga punya uang banyak. Saya juga takut dengan godaan-godaan yang menjadi-jadi dari lingkungan sekitar saya. Dan terakhir, saya takut menjadi korban perjodohan orang tua. Hal ini mungkin saja terjadi, di saat orang tua saya sangat prihatin melihat saya yang berpacaran dengan laptop. Ehehehehe.
Masuk akal kan alasan-alasan saya? Ehehehehe..
Meski saya memilih untuk tidak menikmati LDR, saya sangat salut dan mendukung pejuang-pejuang cinta yang bisa bertahan bertahun-tahun hidup dalam hubungan jarak jauh tersebut.
Coba itu laptopnya di cium dulu.. Hihihihihi :p
No comments:
Post a Comment